Mereka memindahkan jutaan sel darah putih milik Emma dan menggantinya dengan HIV. HIV yang dimasukkan dalam tubuhnya diharapkan bisa bekerja seperti roket mematikan bagi sel kanker leukemia.
"Perawatan ini adalah satu-satunya kesempatan yang kami miliki. Dia telah dirawat dengan berbagai macam kemoterapi, namun tak berhasil," ungkap Dr Stephan Grupp, dokter yang menggunakan HIV pada Emma.
Setelah menjalani perawatan tersebut, Emma menjadi sangat sakit. Dia terkena demam hingga 105 derajat, dan keluarganya diberitahu untuk bersiap menerima kabar terburuk.
Setelah itu, dokter memberikan Emma obat rheumatoid arthritis yang dimaksudkan untuk menahan reaksi sistem kekebalan tubuh dan mencegah efek negatif pada tubuh Emma. Setelah 12 jam, keajaiban terjadi, dan keadaan Emma stabil kembali.
"Dia adalah anak pertama yang menjalani perawatan ini, jadi kami diminta untuk tidak berharap apapun," ungkap Kari Whitehead, ibu Emma, seperti dilansir oleh ABC News (10/12).
Ajaibnya, setelah dilakukan pemeriksaan, dokter tak menemukan indikasi sel kanker Leukemia lagi pada tubuh Emma, bahkan ketika mereka menggunakan alat deteksi yang paling sensitif. Namun peneliti berpendapat bahwa keadaan Emma harus selalu dijaga dan dipantau hingga beberapa tahun ke depan.
"Kami harus melihatnya lagi setelah beberapa tahun ke depan untuk melihat apakah kankernya benar-benar telah sembuh. Saat ini masih terlalu dini untuk disimpulkan," pungkas Grupp.
sumber: merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar